Sabtu, 27 Oktober 2012

Tahap IV - Refleksi Isi dan Perasaan


KETERAMPILAN DASAR DALAM KONSELING:
REFLEKSI ISI DAN PERASAAN

A.     PENDAHULUAN
              Konseling merupakan aktivitas menciptakan hubungan yang bersifat membantu klien memahami diri, menyeleksi tindakan, mengintervensi situasi antar pribadi dan melatih kepemimpinan. Dengan tujuan untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik dan perkembangan kematangan melalui pemberian rangsangan pada klien agar dapat menggali potensi diri. Seorang konselor yang baik perlu menguasai beberapa keterampilan dasar yang biasanya disebut dengan micro skill. Diantaranya adalah (1) minimal respon, (2) refleksi isi, (3) refleksi perasaan, (4) refleksi isi dan perasaan, (5) mode visual, auditori dan sentuhan, (6) bertanya, (7) merangkum, (8) reframing, (9) konfrontansi, (10) mengubah keyakinan diri yang merusak, (11) menormalkan keadaan emosi, (12) mengeksplorasi pilihan, (13) memfasilitasi tindakan dan (14) penghentian. Untuk menghasilkan kualitas dan keefektifan yang baik, konselor perlu menggunakan kemampuan tersebut secara tepat selama proses konseling.
              Salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan proses konseling adalah refleksi isi dan perasaan. Dalam makalah ini akan dijelaskan keterampilan dasar konseling berupa refleksi isi dan perasaan beserta dengan contoh-contohnya. Pada kemampuan ini, konselor perlu memberi feedback yang berisi refleksi isi dan perasaan secara tepat pada saat proses konseling. Kadang-kadang ketika konselor menyatakan kembali kemarahan atau ketidaksukaan klien dengan mengatakan “Anda sedang marah”, klien akan menolak untuk mengakuinya. Hal tersebut disebabkan oleh kebiasaan sejak kecil yang menyatakan bahwa marah itu salah dan menangis itu tidak baik.
              Dengan demikian diperlukanlah seorang konselor yang memungkinkan klien untuk sepenuhnya mengalami emosi dan merasa lebih baik setelah menyadari perasaannnya. Salah satu keterampilan yang dapat membantu konselor untuk menyadari hal itu adalah dengan menggunakan keterampilan refleksi isi dan perasaan yang mana akan membantu klien untuk menghubungkan antara perasaan dan proses kognitif yang mendasarinya dan membantu konselor untuk memhami dunia klien lebih dalam.
B.   PEMBAHASAN
         Refleksi isi dan perasaan merupakan suatu kombinasi dalam satu pernyataan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh di bawah ini.
Contoh 1
-          Klien: “Saya tidak tahu mengapa dosen itu tidak suka pada saya. Saya sudah merevisi berulang kali segala sesuatu yang dia nyatakan salah. Tapi, tetap saja saya tak pernah benar di depan matanya. Saya tidak tahu lagi apa yang harus saya lakukan. Saya pikir dia punya dendam terhadap saya.
-          Tanggapan konselor: “Anda merasa kesal karena usaha yang anda lakukan terlihat sia-sia di depan dosen anda”

              “Anda merasa kesal” merupakan refleksi konselor dari perasaan yang sedang dirasakan oleh klien. Sedangkan “usaha yang anda lakukan terlihat sia-sia di depan dosen anda” merupakan refleksi konselor terhadap isi yang dinyatakan oleh klien. Dengan menyampaikan refleksi isi dan perasaan, klien tidak hanya merasa di dengarkan tetapi juga melatih hubungan antara emosional dan kognitifnya. Seringkali klien menutupi luapan emosinya agar dapat diterima oleh lingkungan sehingga muncul ketidaksinambungan antara emosional dan kognitif.

Contoh 2
·         Klien: “Saya merasa sangat beruntung berada di Fakultas Psikologi berbeda sekali saat saya masih di fakultas yang lama. Semua mahasiswa yang ada disini sangat ramah dan peka. Mereka selalu membuat saya yakin bahwa mereka menyukai saya apa adanya saya. Saya tidak perlu berpura-pura menjadi orang baik untuk disukai. Mereka menghargai saya ketika saya tampil apa adanya”
·         Tanggapan konselor: “Anda terlihat bahagia dengan lingkungan baru anda sekarang”

              Begitupula dengan contoh berikut, refleksi isi dan perasaan tidak harus bekisar tentang perasaan yang negatif. Konselor dapat merefleksikan perasaan positif pada klien agar klien merasa terlatih bahwa setiap perasaan yang muncul disebabkan oleh suatu hal. Dengan demikian, konselor dapat terus melatih klien untuk sadar dalam tiap perasaan yang dia alami.
Contoh 3
ü  Klien: “Suami saya pernah diancam oleh seseorang yang tak dikenal melalui handphone. Suami saya disuruh mendatangi sebuah lokasi di pedesaan luar kota. Tapi suami saya mengacuhkannya dan saat ini suami saya sedang ke luar kota untuk kepentingan pekerjaannya tapi sudah 2 hari saya tidak tahu kabar tentang dirinya.”
ü  Tanggapan konselor: “Tampaknya anda merasa khawatir atas apa yang terjadi pada suami anda.”

              Seorang konselor bertugas untuk mendengarkan klien sehingga tanggapan pendek dan jelas sangat penting dalam proses konseling. Tanggapan yang panjang seringkali akan mengganggu proses klien. Seringkali klien, dalam tanggapan yang panjang akan terdapat beberapa unsure proyeksi dari konselor ke klien, sehingga tidak efektif dalam proses konseling. Tanggapan yang panjang membuat klien berpikir ke hal yang dibicarakan oleh konselor dan tidak lagi berfokus pada cara pandang klien. Seorang konselor diharapkan dapat menyelami sudut pandang klien dari ceritanya dan kemudian mengerti, memahami dan ikut merasakan masalah klien. Dengan demikian klien akan merasa lebih
              Keterampilan ini bergantung pada pengalaman dari konselor. Semakin banyak konselor melatih keterampilannya untuk berhadapan dengan klien maka teknik ini juga akan semakin baik. Dari teknin ini, diharapkan konselor dapat bertindak efektif dalam mebantu klien, sampai klien benar-benar merasa terbantu tanda harus ada ketergantungan dengan konselor.
            Berikut ini, kami akan memberikan beberapa contoh lebih lanjut tentang penggunaan refleksi isi dan perasaan:
ü  Klien   :Belum lagi tekanan dari lingkungan yang saya alami. Saya malu sekali ketika bertemu dengan teman-teman yang sudah lulus apalagi bertemu dengan kerabat saudara yang selalu bertanya kapan saya lulus. Seperti tak ada habisnya, semua orang berlomba-lomba untuk membuat ku malu dan terpojok.
ü  Tanggapan konselor: kamu merasa tidak percaya diri ketika harus bertemu dengan teman-teman mu dan kamu merasa bahwa tak ada orang yang memahami keadaan mu sekarang.

ü  Klien   :Saya ini mahasiswi semester 10 yang sudah seharusnya lulus. Tetapi saya tidak bisa karena saya stagnate di skripsi. Sepertinya kelulusan saya ini di persulit oleh beberapa dosen buk. Saya tidak paham apa yang mereka maui. Saya sudah mengerjakan segala hal yang mereka katakan, merevisi berulang kali, membaca lebih banyak lagi dan lain sebagainya tetapi tetap saja semuanya sia-sia. Ingin rasanya saya berteriak di depan wajah mereka bahwa saya ini manusia dan saya lelah.
ü  Tanggapan konselor: anda merasa sangat marah dan putus asa karena setiap usaha yang anda lakukan untuk lulus selalu gagal. Benar demikian?

              Seorang konselor tidak perlu menggunakan bahasa yang asing dan rumit agar terlihat pintar. Mengingat bahwa kelebihan konselor adalah mampu berjalan di sisi klien untuk memeriksa dunianya sehingga menemukan dan dapat menyelesaikan apa yang menjadi kebingungannya.



















C.   KESIMPULAN
            Seperti yang telah dijelaskan di awal, refleksi isi dan perasaan membantu klien untuk dapat menyadari keadaannya sekarang dan meyakinkan persepsi konselor atas keadaan emosional klien. Pernyataan tidak tepat yang tersampaikan dalam proses konseling dapat menjauhkan klien dari apa yang menjadi pengalamannya dan membawa klien keluar dari dunia pribadinya. Hal tersebut akan menyebabkan konselor susah membuat klien menyadari realitasnya selama ini. Penggunaan refleksi isi dan perasaan akan membuat klien untuk tetap menguhubngkan antara kognitif dan perasaannya sehingga akan lebih mudah bagi klien dalam proses menyadari apa yang di alami sekarang.
            Dengan menguasai keterampilan-keterampilan dalam konseling,terutama refleksi isi dan perasaan pada waktu yang tepat, kami yakin bahwa konselor dapat masuk ke dalam sudut pandang klien dan bisa memahami, mengerti dan merasakan apa yang dialami klien. Dengan demikian dapat pula membantu klien keluar dari kebingungannya.


















D.   DAFTAR PUSTAKA
            Geldard,K dan Gerald,D. 2011. Keterampilan Praktik Konseling: Pendekatan Integratif. Jakarta: Pustaka Pelajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar