KETERAMPILAN DASAR DALAM KONSELING:
REFLEKSI ISI DAN
PERASAAN
A. PENDAHULUAN
Konseling merupakan aktivitas menciptakan hubungan yang
bersifat membantu klien memahami diri, menyeleksi tindakan, mengintervensi
situasi antar pribadi dan melatih kepemimpinan. Dengan tujuan untuk mencapai
penyesuaian diri yang lebih baik dan perkembangan kematangan melalui pemberian
rangsangan pada klien agar dapat menggali potensi diri. Seorang konselor yang
baik perlu menguasai beberapa keterampilan dasar yang biasanya disebut dengan micro skill. Diantaranya adalah (1)
minimal respon, (2) refleksi isi, (3) refleksi perasaan, (4) refleksi isi dan
perasaan, (5) mode visual, auditori dan sentuhan, (6) bertanya, (7) merangkum,
(8) reframing, (9) konfrontansi, (10) mengubah keyakinan diri yang merusak,
(11) menormalkan keadaan emosi, (12) mengeksplorasi pilihan, (13) memfasilitasi
tindakan dan (14) penghentian. Untuk menghasilkan kualitas dan keefektifan yang
baik, konselor perlu menggunakan kemampuan tersebut secara tepat selama proses
konseling.
Salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh
konselor untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan proses konseling adalah
refleksi isi dan perasaan. Dalam makalah ini akan dijelaskan keterampilan dasar konseling berupa refleksi isi
dan perasaan beserta dengan contoh-contohnya. Pada kemampuan ini,
konselor perlu memberi feedback yang
berisi refleksi isi dan perasaan secara tepat pada saat proses konseling.
Kadang-kadang ketika konselor menyatakan kembali kemarahan atau ketidaksukaan
klien dengan mengatakan “Anda sedang marah”, klien akan menolak untuk
mengakuinya. Hal tersebut disebabkan oleh kebiasaan sejak kecil yang menyatakan
bahwa marah itu salah dan menangis itu tidak baik.
Dengan
demikian diperlukanlah seorang konselor yang memungkinkan klien untuk
sepenuhnya mengalami emosi dan merasa lebih baik setelah menyadari perasaannnya. Salah satu keterampilan yang dapat membantu
konselor untuk menyadari hal itu adalah dengan menggunakan
keterampilan refleksi isi dan perasaan yang mana akan membantu klien untuk menghubungkan antara perasaan dan
proses kognitif yang mendasarinya dan membantu konselor untuk memhami dunia
klien lebih dalam.
B. PEMBAHASAN
Refleksi isi dan perasaan merupakan suatu kombinasi dalam satu
pernyataan. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan contoh di bawah ini.
Contoh 1
-
Klien: “Saya tidak tahu mengapa dosen
itu tidak suka pada saya. Saya sudah merevisi berulang kali segala sesuatu yang
dia nyatakan salah. Tapi, tetap saja saya tak pernah benar di depan matanya.
Saya tidak tahu lagi apa yang harus saya lakukan. Saya pikir dia punya dendam
terhadap saya.
-
Tanggapan konselor: “Anda merasa
kesal karena usaha yang anda lakukan terlihat sia-sia di depan dosen anda”
“Anda
merasa kesal” merupakan refleksi konselor dari perasaan yang sedang dirasakan
oleh klien. Sedangkan “usaha yang anda lakukan terlihat sia-sia di depan dosen
anda” merupakan refleksi konselor terhadap isi yang dinyatakan oleh klien.
Dengan menyampaikan refleksi isi dan perasaan, klien tidak hanya merasa di
dengarkan tetapi juga melatih hubungan antara emosional dan kognitifnya.
Seringkali klien menutupi luapan emosinya agar dapat diterima oleh lingkungan
sehingga muncul ketidaksinambungan antara emosional dan kognitif.
Contoh 2
·
Klien: “Saya merasa sangat
beruntung berada di Fakultas Psikologi berbeda sekali saat saya masih di
fakultas yang lama. Semua mahasiswa yang ada disini sangat ramah dan peka.
Mereka selalu membuat saya yakin bahwa mereka menyukai saya apa adanya saya.
Saya tidak perlu berpura-pura menjadi orang baik untuk disukai. Mereka
menghargai saya ketika saya tampil apa adanya”
·
Tanggapan konselor: “Anda terlihat
bahagia dengan lingkungan baru anda sekarang”
Begitupula
dengan contoh berikut, refleksi isi dan perasaan tidak harus bekisar tentang
perasaan yang negatif. Konselor dapat merefleksikan perasaan positif pada klien
agar klien merasa terlatih bahwa setiap perasaan yang muncul disebabkan oleh
suatu hal. Dengan demikian, konselor dapat terus melatih klien untuk sadar
dalam tiap perasaan yang dia alami.
Contoh 3
ü Klien: “Suami saya pernah diancam oleh seseorang yang tak dikenal
melalui handphone. Suami saya disuruh mendatangi sebuah lokasi di pedesaan luar
kota. Tapi suami saya mengacuhkannya dan saat ini suami saya sedang ke luar
kota untuk kepentingan pekerjaannya tapi sudah 2 hari saya tidak tahu kabar
tentang dirinya.”
ü Tanggapan konselor: “Tampaknya anda merasa khawatir atas apa yang
terjadi pada suami anda.”
Seorang konselor bertugas untuk mendengarkan klien sehingga tanggapan
pendek dan jelas sangat penting dalam proses konseling. Tanggapan yang panjang
seringkali akan mengganggu proses klien. Seringkali klien, dalam tanggapan yang
panjang akan terdapat beberapa unsure proyeksi dari konselor ke klien, sehingga
tidak efektif dalam proses konseling. Tanggapan yang panjang membuat klien
berpikir ke hal yang dibicarakan oleh konselor dan tidak lagi berfokus pada
cara pandang klien. Seorang konselor diharapkan dapat menyelami sudut pandang
klien dari ceritanya dan kemudian mengerti, memahami dan ikut merasakan masalah
klien. Dengan demikian klien akan merasa lebih
Keterampilan
ini bergantung pada pengalaman dari konselor. Semakin banyak konselor melatih
keterampilannya untuk berhadapan dengan klien maka teknik ini juga akan semakin
baik. Dari teknin ini, diharapkan konselor dapat bertindak efektif dalam
mebantu klien, sampai klien benar-benar merasa terbantu tanda harus ada
ketergantungan dengan konselor.
Berikut ini, kami akan
memberikan beberapa contoh lebih lanjut tentang penggunaan refleksi isi dan
perasaan:
ü Klien :Belum
lagi tekanan dari lingkungan yang saya alami. Saya malu sekali ketika bertemu
dengan teman-teman yang sudah lulus apalagi bertemu dengan kerabat saudara yang
selalu bertanya kapan saya lulus. Seperti tak ada habisnya, semua orang
berlomba-lomba untuk membuat ku malu dan terpojok.
ü
Tanggapan
konselor: kamu merasa tidak percaya diri ketika harus bertemu dengan
teman-teman mu dan kamu merasa bahwa tak ada orang yang memahami keadaan mu
sekarang.
ü Klien :Saya
ini mahasiswi semester 10 yang sudah seharusnya lulus. Tetapi saya tidak bisa
karena saya stagnate di skripsi.
Sepertinya kelulusan saya ini di persulit oleh beberapa dosen buk. Saya tidak
paham apa yang mereka maui. Saya sudah mengerjakan segala hal yang mereka
katakan, merevisi berulang kali, membaca lebih banyak lagi dan lain sebagainya
tetapi tetap saja semuanya sia-sia. Ingin rasanya saya berteriak di depan wajah
mereka bahwa saya ini manusia dan saya lelah.
ü
Tanggapan konselor: anda merasa sangat marah dan putus asa karena setiap
usaha yang anda lakukan untuk lulus selalu gagal. Benar demikian?
Seorang
konselor tidak perlu menggunakan bahasa yang asing dan rumit agar terlihat
pintar. Mengingat bahwa kelebihan konselor adalah mampu berjalan di sisi klien
untuk memeriksa dunianya sehingga menemukan dan dapat menyelesaikan apa yang
menjadi kebingungannya.
C. KESIMPULAN
Seperti yang telah dijelaskan di awal,
refleksi isi dan perasaan membantu klien untuk dapat menyadari keadaannya
sekarang dan meyakinkan persepsi konselor atas keadaan emosional klien. Pernyataan
tidak tepat yang tersampaikan dalam proses konseling dapat menjauhkan klien
dari apa yang menjadi pengalamannya dan membawa klien keluar dari dunia
pribadinya. Hal tersebut akan menyebabkan konselor susah membuat klien
menyadari realitasnya selama ini. Penggunaan refleksi isi dan perasaan akan
membuat klien untuk tetap menguhubngkan antara kognitif dan perasaannya
sehingga akan lebih mudah bagi klien dalam proses menyadari apa yang di alami
sekarang.
Dengan menguasai
keterampilan-keterampilan dalam konseling,terutama refleksi isi dan perasaan
pada waktu yang tepat, kami yakin bahwa konselor dapat masuk ke dalam sudut
pandang klien dan bisa memahami, mengerti dan merasakan apa yang dialami klien.
Dengan demikian dapat pula membantu klien keluar dari kebingungannya.
D. DAFTAR PUSTAKA
Geldard,K dan
Gerald,D. 2011. Keterampilan Praktik Konseling: Pendekatan Integratif. Jakarta:
Pustaka Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar